Seorang Public Relation memiliki tugas yang cukup penting dalam sebuah perusahaan. Tidak hanya untuk menjaga hubungan baik antara suatu perusahaan dengan masyarakat, seorang Public Relation juga harus menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini menjadi sangat penting, jika publik dan perusahaan lain memiliki citra yang buruk terhadap sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut akan sulit bekerja sama dengan perusahaan lainnya, sehingga sangat penting suatu perusahaan untu menanamkan nilai-nilai positif dari perushaan tersebut di mata publik dan juga perusahaan lainnya. Menurut Rumanti (2002, h. 34) seorang Public Relations adalah penengah antara perusahaan dan publik. Public Relations harus bisa melihat tidak hanya kepentingan sebuah perusahaan tetapi juga kepentingan-kepentingan publik. Seorang Public Relations bertugas untuk memelihara, mengembangkan dan mempertahankan adanya komunikasi dua arah antara publik dan perusahaan. Komunikasi timbal balik ini sangat diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk mengatasi dan juga meminimalkan kemungkinan munculnya masalah atau krisis.
Krisis adalah sesuatu yang paling ditakuti oleh perusahaan, karena bisa menghancurkan reputasi perusahaan. krisis ini datangnya tidak dapat diketahui, melainkan secara tiba-tiba. Tetapi krisis tidak semuanya mendatangkan bahaya, sebaliknya mendatangkan peluang untuk memajukan perusahaan. Ini semua tergantung dengan bagaimana cara menanganainya. Dengan melakukan pengelolaan manajemen krisis yang tepat, maka krisis bisa dijadikan peluang untuk lebih baik.
Manajemen Krisis
Manajemen krisis dapat dimanfaatkan di semua bidang tetapi umumnya digunakan dalam hubungan internasional, politik, bisnis, dan manajemen. Banyak perusahaan kini sudah memiliki manual crisis plan atau petunjuk menghadapi krisis. Hal ini penting untuk membantu mengidentifikasi kemungkinan terjadinya krisis, seperti kebakaran, bencana alam ancaman bom, kekerasan, dan kemungkinan jatuhnya korban akibat kesalahan produk.
Teori manajemen krisis umumnya didasarkan atas bagaimana menghadapi krisis (crisis bergaining and negotiating), membuat keputusan disaat krisis (crisis decition making), dan memantau perkembangan krisis (crisis dynamics). Dalam situasi krisis, usahakan tetap tenang dan pertimbangkan dengan matang keputusan yang akan diambil karena akan menjadi taruhan reputasi Public Relations. Krisis tidak bisa diduga – duga kapan datangnya , namun kita bisa melihat atau mencegah krisis tersebut dengan perencanaan. Ada beberapa penyebab krisis tersebut terjadi seperti,
krisis karena bencana alam, krisis karena kecelakaan industri, krisis karena produk yang kurang sempurna, krisis karena persepsi publik, krisis karena hubungan kerja yang buruk, krisis karena kesalahan strategi bisnis, krisis karena terkait masalah kriminal, krisis karena pergantian manajemen, dan krisis karena persaingan bisnis.
Contoh Kasus dari Manajemen Krisis Nestle
Pada tahun
1988, beredar rumor bahwa susu Dancow yang diproduksi oleh Nestle dinyatakan
terdapat campuran lemak babi didalamnya. Tentu saja di Indonesia yang mayoritas
beragama Islam rumor ini sama berbahayanya dengan rumor bahwa di dalam susu
terkandung racun. Bagi umat Islam babi adalah binatang yang dilarang untuk
dikonsumsi dan ini adalah perihal keimanan yang tidak dapat diganggu gugat.
Praktisi Public Relation dari Nestle segera melakukan reaksi yang baik.
Penanganan
terhadap pencederaan citra ini diuntungkan karena pada waktu itu televisi masih
tunggal yaitu TVRI dan dominasi pemerintah yang besar. Kecepatan PR Nestle
merupakan sebagian dari solusi terhadap merebaknya pendapat umum yang menolak
susu Dancow. Tak berselang lama, PR Nestle segera mendatangkan
alat pendeteksi kehalalan dari Malaysia. Pilihan alat berasal dari Malaysia
adalah karena beberapa pertimbangan. Yang pertama dan utamanya karena Malaysia
yang lebih dulu memberlakukan kehalalan produk karena merupakan negara Islam.
Pemilihan negara Malaysia jelas langkah yang cerdas, karena meskipun mesin ini
bisa didapat darimanapun akan tetapi efek terhadap anatomi bahan pembicaraan
publik di Indonesia jelas berbeda.
Nestle seakan mendeklarasikan kepada publik
bahwa pihaknya benar-benar tidak gentar untuk diuji oleh alat yang absah dari
negara Islam. Langkah selanjutnya adalah segera menghadirkan di ranah publik
figur- publik figur yang merupakan simbol- simbol Islam. Nestle tidak tanggung
tanggung dalam mengupayakan perlawanan terhadap rumor tersebut. Tercatat
misalnya Menteri Agama, ketua Majelis Ulama Islam selain tokoh-tokoh yang
dianggap simbol kerakyatan seperti menteri Koperasi dan Ketua Gabungan koperasi
Susu Indonesia juga tokoh-tokoh agama lainnya. Mereka bukan hanya berbicara di
depan TVRI akan tetapi juga mempertontonkan minum susu Dancow di depan TVRI.
Kasus ini menarik karena strategi Dancow yang jelas-jelas tidak melawan rumor
dengan mengatakannya mengklarifikasi sendiri akan tetapi justru dengan
mendorong pihak ketiga untuk berpromosi mengenai halalnya susu Dancow. Dengan
menggunakan pihak ketiga dalam membersihkan dugaan-dugaan dan rumor yang
beredar di masyarakat kiranya termasuk cara yang efektif. Apalagi bila pihak
ketiga tersebut merupakan simbol-simbol penting masyarakat. Tingkat keyakinan
masyarakat tentunya akan semakin tinggi karena posisinya yang dianggap netral
dan berjarak dengan perusahaan.
Tidak hanya membangun relasi yang baik dengan publik, seorang Public Relations
dari Nestle juga berusaha membangun relasi yang baik di dalam
perusahaan. PR Nestle mengarahkan agar Nestle terus bisa memproduksi
produk-produk yang berkualitas tinggi. Hal ini perlu dilakukan karena
bukan tidak mungkin ada beberapa pihak yang sedikit terguncang karena
terjadinya kasus ini.
Sumber: Course Hero
No comments:
Post a Comment