FELIA CYBER PR '18

WELCOME TO MY BLOG AND ENJOY YOUR READING WEEK

Wednesday, May 30, 2018

PERAN PUBLIC RELATION NESTLE DALAM MENANGANI KRISIS ISU SUSU DANCOW MENGANDUNG LEMAK BABI










Seorang Public Relation memiliki tugas yang cukup penting dalam sebuah perusahaan. Tidak hanya untuk menjaga hubungan baik antara suatu perusahaan dengan masyarakat, seorang Public Relation juga harus menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini menjadi sangat penting, jika publik dan perusahaan lain memiliki citra yang buruk terhadap sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut akan sulit bekerja sama dengan perusahaan lainnya, sehingga sangat penting suatu perusahaan untu menanamkan nilai-nilai positif dari perushaan tersebut di mata publik dan juga perusahaan lainnya. Menurut Rumanti (2002, h. 34) seorang Public Relations adalah penengah antara perusahaan dan publik. Public Relations harus bisa melihat tidak hanya kepentingan sebuah perusahaan tetapi juga kepentingan-kepentingan publik. Seorang Public Relations bertugas untuk memelihara, mengembangkan dan mempertahankan adanya komunikasi dua arah antara publik dan perusahaan. Komunikasi timbal balik ini sangat diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk mengatasi dan juga meminimalkan kemungkinan munculnya masalah atau krisis.


Krisis adalah sesuatu yang paling ditakuti oleh perusahaan, karena bisa menghancurkan reputasi perusahaan. krisis ini datangnya tidak dapat diketahui, melainkan secara tiba-tiba. Tetapi krisis tidak semuanya mendatangkan bahaya, sebaliknya mendatangkan peluang untuk memajukan perusahaan. Ini semua tergantung dengan bagaimana cara menanganainya. Dengan melakukan pengelolaan manajemen krisis yang tepat, maka krisis bisa dijadikan peluang untuk lebih baik.

Manajemen Krisis

Manajemen krisis dapat dimanfaatkan di semua bidang tetapi umumnya digunakan dalam hubungan internasional, politik, bisnis, dan manajemen. Banyak perusahaan kini sudah memiliki manual crisis plan atau petunjuk menghadapi krisis. Hal ini penting untuk membantu mengidentifikasi kemungkinan terjadinya krisis, seperti kebakaran, bencana alam ancaman bom, kekerasan, dan kemungkinan jatuhnya korban akibat kesalahan produk.

Teori manajemen krisis umumnya didasarkan atas bagaimana menghadapi krisis (crisis bergaining and negotiating), membuat keputusan disaat krisis (crisis decition making), dan memantau perkembangan krisis (crisis dynamics). Dalam situasi krisis, usahakan tetap tenang dan pertimbangkan dengan matang keputusan yang akan diambil karena akan menjadi taruhan reputasi Public Relations. Krisis tidak bisa diduga – duga kapan datangnya , namun kita bisa melihat atau mencegah krisis tersebut dengan perencanaan. Ada beberapa penyebab krisis tersebut terjadi seperti,
krisis karena bencana alam, krisis karena kecelakaan industri, krisis karena produk yang kurang sempurna, krisis karena persepsi publik, krisis karena hubungan kerja yang buruk, krisis karena kesalahan strategi bisnis, krisis karena terkait masalah kriminal, krisis karena pergantian manajemen, dan krisis karena persaingan bisnis.

 Contoh Kasus dari Manajemen Krisis Nestle


Pada tahun 1988, beredar rumor bahwa susu Dancow yang diproduksi oleh Nestle dinyatakan terdapat campuran lemak babi didalamnya. Tentu saja di Indonesia yang mayoritas beragama Islam rumor ini sama berbahayanya dengan rumor bahwa di dalam susu terkandung racun. Bagi umat Islam babi adalah binatang yang dilarang untuk dikonsumsi dan ini adalah perihal keimanan yang tidak dapat diganggu gugat. Praktisi Public Relation dari Nestle segera melakukan reaksi yang baik. 

Penanganan terhadap pencederaan citra ini diuntungkan karena pada waktu itu televisi masih tunggal yaitu TVRI dan dominasi pemerintah yang besar. Kecepatan PR Nestle merupakan sebagian dari solusi terhadap merebaknya pendapat umum yang menolak susu Dancow. Tak berselang lama, PR Nestle segera mendatangkan alat pendeteksi kehalalan dari Malaysia. Pilihan alat berasal dari Malaysia adalah karena beberapa pertimbangan. Yang pertama dan utamanya karena Malaysia yang lebih dulu memberlakukan kehalalan produk karena merupakan negara Islam. Pemilihan negara Malaysia jelas langkah yang cerdas, karena meskipun mesin ini bisa didapat darimanapun akan tetapi efek terhadap anatomi bahan pembicaraan publik di Indonesia jelas berbeda.

Nestle seakan mendeklarasikan kepada publik bahwa pihaknya benar-benar tidak gentar untuk diuji oleh alat yang absah dari negara Islam. Langkah selanjutnya adalah segera menghadirkan di ranah publik figur- publik figur yang merupakan simbol- simbol Islam. Nestle tidak tanggung tanggung dalam mengupayakan perlawanan terhadap rumor tersebut. Tercatat misalnya Menteri Agama, ketua Majelis Ulama Islam selain tokoh-tokoh yang dianggap simbol kerakyatan seperti menteri Koperasi dan Ketua Gabungan koperasi Susu Indonesia juga tokoh-tokoh agama lainnya. Mereka bukan hanya berbicara di depan TVRI akan tetapi juga mempertontonkan minum susu Dancow di depan TVRI. Kasus ini menarik karena strategi Dancow yang jelas-jelas tidak melawan rumor dengan mengatakannya mengklarifikasi sendiri akan tetapi justru dengan mendorong pihak ketiga untuk berpromosi mengenai halalnya susu Dancow. Dengan menggunakan pihak ketiga dalam membersihkan dugaan-dugaan dan rumor yang beredar di masyarakat kiranya termasuk cara yang efektif. Apalagi bila pihak ketiga tersebut merupakan simbol-simbol penting masyarakat. Tingkat keyakinan masyarakat tentunya akan semakin tinggi karena posisinya yang dianggap netral dan berjarak dengan perusahaan. 

Tidak hanya membangun relasi yang baik dengan publik, seorang Public Relations dari Nestle juga berusaha membangun relasi yang baik di dalam perusahaan. PR Nestle mengarahkan agar Nestle terus bisa memproduksi produk-produk yang berkualitas tinggi. Hal ini perlu dilakukan karena bukan tidak mungkin ada beberapa pihak yang sedikit terguncang karena terjadinya kasus ini.

Sumber: Course Hero 
 

No comments:

Post a Comment